– Allah SWT telah menciptakan Indonesia sebagai
“surga” kedua buat dihuni manusia dgn damai dan rahmat bagi
sekalian alam. Hal itu diungkapkan Ketua Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Marsudi Syuhud.
“Sehingga
Indonesia terlalu cantik buat dirusak dgn mengatasnamakan agama dan juga
sebaliknya mengatasnamakan kekuasaan tak berperi,” kata
Marsudi di Jakarta, dikutip dari situs resmi NU, Kamis, 3 Oktober 2019.
Ia pun mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia berjihad melawan gerakan
destruktif yg mengancam persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) buat mempertahankan kondisi damai.
“Jihad ini dapat dilakukan setiap individu sesuai dgn keahlian
masing-masing, termasuk di dalamnya ialah ladang jihad modern yakni media
sosial,†ujarnya.
“Karena
kewajiban kita semua sesungguhnya ialah menjaga arsitektur moderat yg telah
diwariskan oleh para pendiri Indonesia,” sambungnya.
Menurutnya, di antara gerakan yg mengancam persatuan dan kesatuan NKRI ialah paham
khilafah yg di Indonesia telah tertolak dan dibubarkan, yakni Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI).
Gerakan ini, kata
Marsudi, merupakan gerakan transnasional yg
bersifat komunistis utopis.
“Sesungguhnya
radikal itu “bonusâ€. Paham khilafah sejatinya gerakan transnasional yg bersifat
komunistis utopis. Pintu masuknya ialah Islam kaffah menurut tafsir sepihak
versi mereka,” terangnya.
Lanjut Marsudi, gerakan yg cenderung melawan kemapanan ini menarik bagi intelektual
milenial yg belajar Islam nonpesantren. Melalui sayap-sayapnya, HTI yg telah
mati masih dan diyakini potensial membahayakan bumi pertiwi.
“Model
penghalalan segala cara buat merebut kekuasaan termasuk di antaranya
kaderisasi terselubung sesungguhnya mengingatkan pada pola gerakan Partai
Komunis Indonesia. Konstruksi gerakan HTI dan PKI sangat tak sesuai
diterapkan di negara khatulistiwa ini,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Marsudi, tugas bangsa Indonesia ialah memberikan formula
pesantren kepada kaum milenial melalui gerakan-gerakan edukatif konstrukstif
yg bersendikan pada PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945).
“Nilai-nilai
yg mewujud dari 4 Pilar tersebut nyata telah tetap menyatukan nasionalisme
dan ke-Indonesia-an kita semua,” tutupnya.