Membahas tentangWhite Lies Alias Berbohong untuk Menyenangkan Orang Lain, Bolehkah?

Pada kesempatan ini kami mau mengulas tentang Membahas tentangWhite Lies Alias Berbohong untuk Menyenangkan Orang Lain, Bolehkah?,

Oase.id- “Aku gemukan ya?” Kalimat populer ini bukanlah pertanyaan retoris, mau tetapi di dalamnya menyimpan ekspektasi jawaban dari si penanya.

Bagi yg harus menjawab, pertanyaan ini tampak seperti “Bab Pendahuluan” sebelum masuk ke “Rumusan masalah”. Demi kebaikan bersama, kebanyakan orang akhirnya menjawab “Enggak kok,”  dan Voila! The end of conversation! Case closed! Penanya senang, kita pun tenang. 

Selamat! Kita baru saja menyelamatkan perasaan orang lain dan diri kita sendiri dgn cara berbohong. Perilaku ini biasa dikenal dgn istilah white lies

White lies merupakan salah satu bentuk dari perilaku berbohong yg orientasinya ialah untuk kebaikan orang lain. Dengan kata lain, kita berbohong untuk menjaga perasaan orang lain, memproteksi diri mereka dari probabilitas tersakiti sebab jawaban kita, dan juga untuk menyenangkan orang lain.

 

Menyelamatkan hubungan

Semua orang hampir dapat dipastikan pernah menggunakan white lies saat berinteraksi dgn lingkungan sosialnya. Contoh kecilnya, ketika kita berhadapan dgn teman yg sedang bersedih bertanya tentang penampilannya hari ini.

Dalam memilih jawaban, kita cenderung memprioritaskan cara untuk menjaga perasaannya dari pada mempertimbangkan preferensi gaya berpakaian kita yg mungkin berbeda darinya. 

Alih-alih berkata jujur dan apa adanya, kita memutuskan untuk memberikan jawaban singkat “Wonderful!” Diiringi dgn senyum yg tulus. Lagi-lagi white lies menjadi penyelamat hubungan kita dgn orang lain. 

Secara teori, white lies memang dianggap mampu membantu terjaganya stabilitas hubungan sosial kita. White lies juga dapat digunakan untuk menjaga sopan santun saat berinteraksi dgn orang lain. Tapi bagaimanapun juga white lies ialah berbohong, yg merupakan salah satu bentuk aversive interpersonal behavior alias perilaku interpersonal yg tak menyenangkan.

 

Bagaimana mungkin itu tak berdampak buruk bagi orang yg dibohongi? Paradoks ini tentunya dapat ditelusuri dgn menyorot dinamika psikologis yg terjadi pada pelaku dan penerimanya.

 

Untung-rugi

Untuk menyempurnakan pemahaman mengenai hal ini, ada baiknya kita memahami perbedaan antara white lies dgn kebohongan lainnya atau real lies. 

Sebuah penelitian yg dilakukan Erin Bryant berhasil merumuskan kriteria yg dapat digunakan untuk membedakan antara keduanya, yaitu intensi, konsekuensi, benefit, kejujuran dan penerimaan. 

Singkatnya, coba tanyakan pada diri kita sendiri beberapa pertanyaan ini;

•    Apa tujuan saya berbohong? (intensi) 

•    Apa akibat dari kebohongan saya? (konsekuensi)

 
•    Apa manfaat yg dapat diperoleh dari kebohongan ini? (benefit) 

•    Seberapa jauh kebohongan ini dari kenyataannya? (kejujuran) 

•    Seberapa besar kemungkinan orang mau memaklumi dan menerima kebohongan ini? (penerimaan) 

 

Baca: Ditanya Tentang Masa Depan? Begini Cara Menjawabnya

Pada white lies, intensi dari kebohongan yg dilakukan ialah untuk kebaikan orang lain. Konsekuensi yg muncul juga harus tak merugikan orang lain, sebaliknya memberikan manfaat (seperti menenangkan, menyenangkan) bagi orang lain. 

Seringkali, fakta yg disembunyikan hanyalah perihal trivial sehingga mau lebih mudah dimaklumi bila orang lain menyadari kebohongan kita. Dengan demikian, apabila kebohongan yg dilakukan malah terfokus pada kebutuhan diri sendiri dan membawa dampak buruk bagi orang lain, maka itu bukan salah satu bentuk dari white lies.

Nah, yg perlu di-highlight saat ini ialah tak mudahnya bagi kita menyadari intensi kita berbohong dan konsekuensinya bagi orang lain. Misalnya pada contoh pertama di atas. Apakah intensi kita sepenuhnya untuk menjaga perasaan teman yg bertanya tentang bentuk tubuhnya? Atau sebenarnya niat utama kita ialah untuk menyelamatkan diri kita sendiri dari konflik yg mungkin terjadi bila kita berkata jujur?

Bagaimana bila ternyata teman kita membutuhkan jawaban yg sejujurnya sebagai acuan untuk evaluasi diri? Selain itu, saat kita berbohong tentang bentuk tubuh seseorang, secara tak langsung kita masih menggunakan pola pikir bahwa seseorang harus memiliki bentuk tubuh ideal untuk menjadi bahagia. 

Meskipun konsekuensinya tak menyakitkan atau merugikan orang lain, jenis kebohongan yg juga bertujuan untuk melindungi diri kita sendiri ini tak sepenuhnya pro-sosial. Kebohongan ini lebih dikenal sebagai pareto white lies.

 

Saat yg tepat

Mari beranjak ke contoh kedua. Bila kita sepenuhnya sadar bahwa kebohongan yg kita lakukan ialah untuk menghibur teman kita yg sedang bersedih, dan kita meyakini tak ada niat untuk keuntungan diri sendiri saat melakukannya, maka white lies yg kita ungkapan sepenuhnya berdasar pada perhatian pada kondisi orang lain (altruisme). 

Banyaknya gradasi kebohongan pada individu, sulitnya bagi kita memahami intensi diri, serta tak mudahnya memprediksi konsekuensi dari sebuah kebohongan, membuat kita perlu lebih berhati-hati dalam menggunakan white lies. Meskipun dalam beberapa situasi white lies memang tak terelakan, bila masih dapat diupayakan, mau lebih baik bila kita merespons suatu hal secara asertif.

Komunikasi asertif merupakan penyampaian maksud yg apa adanya dgn bahasa yg tepat dan baik tanpa menyakiti pihak yg menerimanya. Untuk menjaga hubungan yg sehat kita juga perlu membiasakan pola komunikasi dua arah yg terbuka. 

Kita semua memiliki tiket untuk menggunakan white lies dalam kondisi tertentu. Gunakan pada porsi yg tepat dan pastikan kita sempat melalui proses refleksi mengenai intensi dan konsekuensinya. Jangan sampai kita menjadikan white lies hanya sebagai pembenaran untuk mengambil jalan pintas guna menghindari setiap potensi konflik yg terkadang justru perlu dihadapi.[]

 

Rubrik ini diampu Psikolog Remaja Muharini Aulia (@auliyarini). Pertanyaan lebih lanjut dapat dilakukan dgn mengubungi redaksi Oase.id 

(SBH)

Demikianlah ulasan mengenai Membahas tentangWhite Lies Alias Berbohong untuk Menyenangkan Orang Lain, Bolehkah? . apabila ada pertanyaan dapat dgn menuliskan pada kolom komentar dibawah ini.

terima kasih





Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.