Oase.id- Dilarang duka berlebihan. Sebab, di balik sebabak musibah, sejatinya Allah Swt telah menyiapkan pengganti berupa keberkahan dan kebahagiaan.

Dari riwayat Anas bin Malik, dia bercerita bahwa sekali waktu Rasulullah Muhammad Saw duduk bersama para sahabat. Lalu tiba-tiba saja, Nabi tersenyum.

Melihat para sahabat keheranan, Rasul bertanya, “Tahukah kalian mengapa aku tertawa?”

Para sahabat menjawab, “Hanya Allah dan Rasulnya yg lebih mengetahui.”

“Aku hanya heran kepada orang Mukmin. Sungguh, Allah Azza wa Jalla tak menakdirkan sesuatu kecuali hal itu terbaik baginya,” terang Nabi.

Dalam kesempatan lain, Nabi bersabda;

“Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia mau menempatkan cobaan kepadanya. Barang siapa yg rela, ia mau mendapat keridaan. Dan barang siapa yg membenci ujian, ia mau mendapat kebencian. (HR Ahmad dan At Tirmidzi)

Kuncinya, rida dan sabar.

Seputar hikmah musibah dan sabar menghadapi ujian, berikut 3 kata mutiara yg pernah diungkapkan para ulama terdahulu;

Syekh Abdul bin Ruwad

“Tiga hal termasuk simpanan surga; menyembunyikan cobaan, menyembunyikan sakit, dan menyembunyikan sedekah.”

Baca: 3 Qul, Amalan Nabi yg dapat Hilangkan Rasa Takut dan Cemas

Abdullah bin Muhammad Harawi

“Di antara mutiara kebaikan ialah merahasiakan ujian sehingga sedikit pun ia dianggap tak tertimpa musibah.”

Aun bin Abdillah

“Kebaikan yg tak disertai kejelekan ialah bersyukur atas kesehatan dan sabar atas datangnya musibah.”

Tidak mengumbar kesedihan, menjadi saran terbaik bagi umat Islam sebagai penanda iman. Sebab, Rasulullah pun banyak mengingatkan bahwa dunia dan segala isinya tak lain hanya merupakan ujian dan ladang cobaan.

Baca: Umar bin Khattab: Wabah Adalah Takdir, dan Menghindarinya Juga Takdir

“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yg tak mengenakkan. Sedangkan neraka, diliputi perkara-perkara yg menyenangkan.” (HR. Muslim)

Memilih senang di dunia yg bersifat sementara, atau meraih kebahagiaan abadi di surga menjelma pilihan sekaligus tantangan bagi umat Islam.